Dari Segala Hal yang Ada di Dunia Ini, Kenapa Pilih Bullying? by Roemaly
Halo! Selamat malam para penghuni negara Indonesia! Atau ada yang dari luar Indonesia? Ah, tapi rasanya tidak mungkin. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja seperti biasa, ya!
Malam ini saya mau membahas tentang bullying. Kenapa tentang bullying? Sebetulnya tidak ada alasan khusus kenapa saya ingin mengangkat tema tentang bullying pada tulisan saya hari ini. Hanya entah kenapa tiba-tiba saya teringat dengan cerita-cerita tentang bullying baik yang berasal dari pengalaman orang lain maupun yang dari diri saya sendiri.
Sebenarnya saya agak sangsi untuk mengatakan bahwa saya pernah menjadi korban bullying saat saya SMP. Tapi itulah kenyataannya. Butuh keberanian yang besar sebenarnya untuk menulis tentang bullying sementara saya sendiri pernah menjadi korbannya. Yang akaan saya bahas disini mungkin bukan sekdar hanya tentang pelrangan pembullyan atau semacamnya. Saya berusaha untuk menulis agar lebih berhubungan dengan bagaimana pembullyan itu sebenarnya dalam dunia nyata.
Kenapa orang melakukan bullying? Banyak hal yang ada di dunia ini tapi kenapa banyak oang lebih memilih untuk bullying? Biasanya manusia melakukan pembullyan karena ingin menjadi lebih dominan daripada orng yang dibullynya, ingin merasa punya kekuasaan, mempunyai harga diri yang rendah, ingin terlihat kuat. Namun ada sebagian orang yang melakukan pembullyan karena dulunya dia adalah korban bully itu sendiri. Dia membully orang lain agar dirinya tidak terlihat lemah seperti saat dulu ia di bully.
Atau bahkan ada orang yang membully orang lain karena faktor lingkungannya, seperti misalnya lingkungan dan situasi dalam keluarga nya sendiri lah yang mempengaruhinya untuk membully. Pelaku pembullyan itu bisa saja sebenarnya beawaal dari lingkngan terdekatnya yang kurang baik sehingga membuatnya mencari dominasi di lingkungan lain. Misalnya ada seorang pelaku pembullyan yang melakukannya karena suasana rumahnya yang tidak baik. Keluarganya berantakan, orang tuanya yang hampir setiap hari selalu berkelahi sementara sang pelaku hanya bisa diam tanpa tahu apa yang harus dilakukan.Dengan keadaan keluarganya yang seperti inilah yang memicu sang pelaku mencari tempat lain dimana ia dapat memiliki kuasa dibandingkan dirumahnya yang hanya bisa diam saja. Karena itulah ia memutuskan untuk membully.
Bully atau perundungan memiliki banyak jenis. Yang pertama ada pembullyan secara fisik. Pada pembullyan jenis ini pelaku menggunakan tindakan fisik untuk mendapatkan kekuatan dan kendali atas target mereka. Entah itu menendang, memukul, menjambak, mencubit, mendorong, meninju atau serangan lainnya.
Selanjutnya ada penindasan verbal. Biasanya pelaku akan menggunakan penghinaan tanpa henti untuk meremehkan, merendahkan, dan menyakiti orang lain. Mereka memilih target berdasarkan cara mereka melihat, bertindak, atau berperilaku. Tindakan ini sering terjadi secara umum, termasuk pada anak-anak dengan kebutuhan khusus. Biasanya pelaku juga memberikan julukan-julukan jelek kepada si korban.Bullying verbal seringkali sulit untuk diidentifikasi karena serangan yang dilakukan kerap terjadi ketika orang dewasa tidak ada.
Selain itu, banyak orang dewasa merasa bahwa hal-hal yang dikatakan anak-anak tidak berdampak signifikan terhadap orang lain. Akibatnya, mereka biasanya menyuruh korban bullying untuk mengabaikannya. Padahal bullying verbal termasuk tindakan jahat yang harus ditanggapi dengan serius.
Yang ketiga adalah pembullyan dalam bentuk agresi relasional. Pada pembullyan jenis ini pelaku melakukan intimidasi emosional dan mencoba mencabut status sosial si korban. Biasanya pelaku bullying jenis ini sering mengucilkan orang lain dari suatu kelompok, menyebarkan desas-desus, memanipulasi situasi, dan menghancurkan kepercayaan. Tujuan dari pelaku intimidasi relasional agresif adalah untuk meningkatkan status sosial mereka sendiri dengan mengendalikan atau menindas orang lain.
Biasanya pelaku dn korban intimidasi emosional ini cenderung dilakukan dan diterima oleh perempuan daripada oleh laki-laki. Korban biasanya cenderung diejek, dihina, diabaikan, dikucilkan, dan diintimidasi.
Pembullyan yang sering terjadi saat ini adalah cyber bullying ataau penindasan siber. Pembullyan ini dilakukan di internet, smartphone, atau di dunia maya. Contoh penindasan siber atau cyberbullying termasuk memposting gambar yang menyakitkan, membuat ancaman online, dan mengirim email atau teks yang menyakitkan. Cyberbullying merupakan masalah yang berkembang dan sering terjadi di kalangan anak muda. Ini tidak lain karena anak-anak muda memiliki literasi digital yang lebih baik dan saling terhubungan satu sama lain.
Biasanya pelaku penindasan siber cenderung mengatakan hal-hal yang tidak berani mereka katakana secara langsung. Parahnya, teknologi memudahkan mereka untuk menyamarkan identitas sehingga lebih sulit untuk diidentifikasi. Jenis bullying yang satu ini perlu diwaspadai karena dapat terjadi kapan saja, di mana saja, bahkan di tempat yang aman seperti di rumah.
Kemudian ada pembullyan secara seksual. Penindasan seksual terdiri dari tindakan berulang, berbahaya, dan memalukan yang menargetkan seseorang secara seksual.
Contohnya termasuk pemanggilan nama secara seksual, komentar kasar, gerakan vulgar, sentuhan tanpa diundang, proposisi seksual, dan materi pornografi. Seorang pelaku mungkin membuat komentar kasar tentang penampilan, daya tarik, perkembangan seksual, atau aktivitas seksual teman sebayanya.
Dalam kasus ekstrem, intimidasi seksual membuka pintu untuk kekerasan seksual. Perempuan sering menjadi sasaran intimidasi seksual baik oleh laki-laki maupun perempuan lainnya.
Laki-laki mungkin menyentuh mereka secara tidak pantas atau membuat komentar kasar tentang tubuh mereka. Sedangkan perempuan bisa memanggil teman perempuan lain dengan sebutan yang tidak pantas seperti “pelacur”.
Contoh lain, sexting, juga dapat dapat menyebabkan intimidasi seksual. Ini terjadi ketika seorang gadis mengirim foto dirinya ke pacar, kemudian pacarnya membagikan foto tersebut setelah hubungan mereka putus.
Di sini, pihak perempuan bisa menjadi sasaran intimidasi seksual, di mana orang-orang atau teman-teman mantan pacarnya mengolok-olok tubuh, memanggil dengan nama yang kasar, atau membuat komentar vulgar tentang dirinya.
Ada pembullyan yang mungkin namanya lumayan jarang terdengar. Ini disebut dengan Ostrakisme atau Ostracism atau Social Rejection. Sebetulnya Ostrakisme ini adalah sebuah prosedur di bawah demokrasi Athena dimana warga manapun dapat diusir dari negara-kota Athena selama sepuluh tahun. Meskipun beberapa contoh secara jelas mengekspresikan kemurkaan masyarakat terhadap warga tersebut, ostrakisme seringkali dipakai secara dini. Prosedur tersebut dipakai sebagai cara menetralisir pemikiran seseorang yang mengancam negara atau tiran.
Namun walaupun sistem seperti itu sudah tidak ada lagi saat ini, tetap tidak menutup kenyataan bahwa Social Rejection atau pengucila dalam sosial sering sekali terjadi saat ini. Biasanya dilakukan secara berkelompok dan menyerang secara individu . Pelaku Social Rejection melakukan penindasan terhadp satu individu baik itu laki-laki atau perempuan karena mereka dianggap "Berbeda."
Entah itu perbedaan umur, agama, ras ataupun lainnya. Pada kenyatannya ini merujuk kembali pada rasisme atau membeda-bedakan satu sama lain. Pembullyan ini jug bisa terjadi kepada siapa saja dan dimana saja, baik oleh anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa bisa menjadi korban ataupun pelku.
Dari semua jenis pembullyan diatas semuanya dapat berdampak buruk pada pelaku maupun korban, terutama pada si korban. Berbagai masalah kesehatan fisik maupun psikis akan muncul setelah si korban menerima perlakuan penindasan terhadap dirinya.
Setelah keluar dari suatu lingkungan sosial dan memulainya hubungan sosial di tempat yang baru bisa saja si korban mengalami Pannick Attack atau serangan panik dan Trust Issue atau biasa disebut dengan krisis kepercayaan. Ketika si korba dulu menerima semua tindakan pembullyan, si korban akan merasa panik. Panik yng awalny hnya berupa pnik biasa dapat berubah menjadi Pannick Attack ketik si korban mulai merasakan tremor atau gemetaran hebat di tangannya, sesak nafas, bahkan keringat dingin dan jantung yang berdegup sangat kencang lebih daripada normalnya.
Korban dapat merasakan Trust Issue atau krisis kepercayaan dimana korban sangat sulit untuk mempercayai orang lain selain dirinya karena takut tindakan pembullyan akan terulang kembali seperti saat dirinya dulu menerima pembullyan di lingkungan sosial yang sebelumnya.
Pada tingkat yang lebih parah, korban akan mengalami depresi, stress, trauma, dan berbagai masalah kesehatan mental lainnya.
Sebgai individu mungkin kita harus lebi teiti dla mengamati sekitar karena bisa saja pembullyan ini terjadi kepada orang-orng terdekat kalian. Pada keluarga kalian, pasangn, tetangga, teman, sahabat, atu bahkan diri kalian sendiri.
Apabila kita berada di posisi sebagai penolong, mungkin hal yang bisa kita lakukan kepada korban adalah pastikan dan yakinkan pada korban kalau kita selalu ada untuk mereka. Hindari memberikan ceramah secara bertele-tele tentng apa yang harus korba berikan dan lin-ain karena hal itu cenderung tidak berguna kepada si korban.
Korban bisa saja akan muak ketika mendengarkan cermah secara terus menerus. Karena sebenarnya korban, terutama yang sudah remaja atau dewasa sebenarnya mereka sudah tahu apa yang harus mereka lakukan.
Misalnya melawan. Kenapa ketika korban sudah mengetahui bahwa mereka harus melawan ketika menerima tindakan pembullyan tapi perlawanan itu tidak mereka lakukan? Sederhana nya itu karena mereka takut. Mereka takut jika mereka melawan mereka justru akan dilawan balik dengan perlawanan yang lebih besar terutama bagi mereka yang menerima pembullyan secara berkelompok.
Dalam kasus saya sendiri, saat itu saya tidak melakukan perlawanan secara ekstrem karena saya tahu bahwa orang-orang yang melakukan pembullyan terhadap saya memiliki kelompok besar yang bahkn anggotanya berasal dari sekolah lain. Dengan begitu mungkin jika di sekolah bisa saja saya akan selamat karena ada guru yang membela saya.
Tapi bagaimana jika di luar sekolah? Tidak ada yng menjamin keselamatan saya di luar sana. Kaena itu saya memilih untuk diam dan bersabar menunggu sampai tiba waktunya dimana saya bisa keluar dari lingkungan tersebut dan memulai hubungan sosial di lingkungan yang baru.
Di lingkungan yang baru sendiri saya memilih agar tidak banyak orang yng megetahui masa lalu saya. Hanya kepada orang-orang tertentu saja yang saya beri tahu tentang informasi masa lalu saya. Saya juga bersaha berada di lingkup positif yang mampu membuat saya melupakan masa lalu saya.
Setelah itu saya juga melakukan recovery terhadap diri saya sendiri. Saya jug cukup mngapresiasi diri saya sendiri karena kalau dulu saya menceritakan tentang bullying pasti saya akan selalu menangis dikarenakan saya tidak cukup sanggup untuk mngingat kembali masa lalu saya. Sekarang saya mmpu menulis blog ini tanpa tangisan sama sekali adalah sesuatu yang cukup saya apresiasi terhadap diri saya walaupun saya masih memiliki sedikit Trust Issue.
Sekian dulu pembahasan tentang bullying dari saya hari ini. Terima kasih dan sampai jumpa besok!
Comments
Post a Comment