Roller Coaster, Kupu-kupu dan Pluto by Roemaly
Namanya Baskara. Hampir tiga tahun aku mengenalnya sebagai teman satu sekolah dan juga teman satu organisasi. Terhitung dari bulan Agustus di tahun pertama Sekolah Menengah Kejuruan, pertama kali dia mengenalkan dirinya sebagai calon peserta organisasi.
Baskara. Aku masih ingat ketika pertama kali aku bertemu dengannya. Waktu itu di bulan Oktober, di sebuah ruang meeting salah satu hotel. Waktu itu kami sedang mengikuti seleksi organisasi tahap wawancara.
Dirinya yang waktu itu memakai hoodie putihnya, yang sampai sekarang masih sering dia pakai. Dia mengobrol asik dengan teman perempuannya yang waktu itu duduk di sebelahnya. Yang ternyata adalah teman sekelasnya juga. Aku tahu karena saat itu aku duduk di meja yang letaknya persis disebelah kiri Baskara. Aku selalu tertawa kalau ingat itu. Karena bahkan belum apa apa saja sudah cemburu. Padahal waktu itu kami belum saling kenal secara pribadi.
Acara berjalan dengan lancar sampai tiba-tiba aku dipanggil kakak kelasku untuk maju ke depan ruangan. "Kamu yang pakai jilbab warna merah. Maju ke depan sini." Panggil kakaknya. Oh iya, aku juga baru ingat, ternyata saat itu aku juga mengenakan baju berwarna putih dan rok hitam yang senada dengan hoodie putih dan celana hitam miliknya. Kebetulan macam apa itu?
Saat di depan ruangan aku di suruh untuk menyebutkan 5 nama teman temanku sesama calon peserta. Dari 5 orang ini salah satu nama yang kupanggil adalah namanya. "Baskara." Sebutku. Dari ekspresi yang dia tunjukkan saat kusebut namanya, aku tahu dia terkejut. Dia pasti bertanya-tanya bagaimana bisa aku mengetahui dirinya, padahal waktu itu dia bahkan belum mengenalku. Dan yang bagian paling menyebalkan terjadi setelah aku sebut namanya, semua kakak kelas yang ada di ruangan itu menyoraki kita. Mungkin mereka curiga ada sesuatu di antara diriku dan Baskara. Haha, bagaimana bisa ada sesuatu diantara kami yang baru kenal di hari itu juga. Aku melakukan itu benar benar karena penasaran, aku ingin melihat reaksinya saat aku sebut namanya.
Setelah aku dipersilahkan untuk duduk kembali, giliran Baskara yang dipanggil untuk maju kedepan ruangan karena sebelumnya aku sudah menyebut namanya. Aku menertawai diriku sendiri saat dia tidak bisa menyebutkan namaku. Dia tidak mengenal aku waktu itu. Tapi tidak apa, setidaknya aku sudah berani memberikan sedikit kenangan yang unik di pertemuan pertama kami.
Beberapa hari setelahnya aku melihat namaku dan namanya tertera di papan pengumuman di bagian peserta yang lolos seleksi dan diterima menjadi anggota organisasi. Hatiku mencelos. Jelas saja Baskara lolos. Karena bahkan sejak pertama kali dia memperkenalkan dirinya, aku tahu dia bisa. Dia sosok yang berbakat di organisasi. Sosok yang aku tahu punya kepemimpinan yang baik.
Aku dan Baskara semakin dekat saat aku mengikuti lomba dimana aku berada d kelompok yang sama dengannya. Kami sekelompok dengan 3 orang lainnya. Lomba ini butuh beberapa bahan yang harus di ambil di suatu tempat.
Di tempat itu kami berlima berjalan perlahan sambil mengambil beberapa bahan yang sekiranya cocok untuk lomba. Awalnya semuanya berjalan dengan lancar sampai akhirnya saat kita ingin pulang, tiba tiba saja hujan turun dengan sangat deras. Aku dan teman temanku tidak ada yang membawa payung atau jas hujan. Jaket pun tidak ada karena aku hanya memakai kemeja kotak kotak berwarna biru yang lagi lagi sama dengan yang Baskara kenakan di hari itu. Kebetulan lagi kok.
Aku berniat untuk menerobos hujan. Tapi saat aku baru saja ingin memulai lari, tiba tiba dia menghampiriku, "Mau pakai jas hujannya bareng enggak?", Ya, dia menawarkanku untuk memakai jas hujan yang baru saja dibelinya. Perempuan mana yang tidak bahagia jika ditawarkan memakai jas hujan bersama oleh orang yang disukainya diam-diam? Aku yakin tidak ada. Kupu-kupu yang beterbangan di perutku mulai mengganggu.
Aku hanya diam, tidak kujawab iya, juga tidak menolak. Tapi akhirnya dia bersikeras untuk tetap berjalan bersamanya di bawah hujan yang mengguyur bumi dengan derasnya di sore hari, di kota yang kata orang kota romantis.
Di tempat itulah, aku memutuskan untuk benar benar menyukainya.
Selanjutnya hal-hal yang kami lakukan adalah mengikuti organisasi. Sayangnya organisasi itu melarang sesama anggotanya untuk menjalin sebuah hubungan. Tidak apa, aku dan dia juga belum ada yang berniat untuk pacaran. Terlebih, aku menyukai dia secara diam diam. Jadi, dia mana tahu apa yang aku rasakan.
Tapi dari semua kegiatan yang selama ini kami lakukan di organisasi, tentunya banyak senangnya, ada marahnya, ada kesalnya, berbagai perasaan yang bercampur aduk berantakan terutama semua yang bersangkut paut dengannya.
Dirinya yang keras kepala, tidak suka penolakan, baik, percaya diri, mudah bergaul, ekstrovert, sering memasak, childish, suka menunda-nunda pekerjaan, sungguh berkebalikan jauh denganku. Aku yang memilih untuk mengalah dalam perdebatan, introvert, nyaman saat sendirian, bukan tipe orang yang suka menunda-nunda, yaa walau kadang juga menunda-nunda sih, tapi pasti tidak separah Baskara dan terakhir aku jarang sekali memasak. Aku sering berharap dengan sifat kami yang berbeda ini, kami bisa saling mengisi kekurangan dan kelebihan masing-masing mungkin? Tapi aku sadar diri kok, jangan melabuhkan harapan sangat tinggi, bila tidak mau jatuh terhempas dari ketinggian.
Walau aku juga sering kesal dengan Baskara. Apalagi kalau bukan karena sifatnya yang keras kepala. Ditambah pendapatku yang kadang berbeda dengan pendapatnya. Hal seperti itu yang membuatku kesal dengan Baskara. Lucunya, biasanya rasa kesalku itu hanya bertahan sebentar saja. Karena kalau Baskara sudah mulai melucu, aku pasti langsung luluh.
Kehidupan kami di SMK juga berjalan dengan baik, sampai akhirnya aku sadar kalau Baskara itu, sesuai arti namanya. Matahari. Dia seperti matahari di langit yang menyinari bumi dengan cahayanya yang terang. Sementara aku hanyalah bintang yang jauh sekali sampai cahayanya hanya berupa titik kecil.
Baskara itu tampan dan tinggi. Poin tambahannya lagi, di itu ekstrovert dan mudah bergaul dengan orang lain. Sifatnya ini yang membuat banyak yang tertarik dengan Baskara. Kakak kelas, teman satu angkatan, teman satu kelasnya, bahkan adik kelas banyak sekali yang menunjukkan ketertarikan pada Baskara.
Aku ingat betul, waktu perkenalan sekolah yang kami pandu, banyak yang menyatakan perasaan pada Baskara. Disaat seperti itulah, aku harus sekuat mungkin menahan rasa cemburuku dan mencoba terbiasa walau sulit. Ingatkan lagi kalau aku bukan siapa siapanya Baskara. Oh! Aku temannya sesama satu organisasi ternyata.
Di sekolah kelasku ada di gedung yang sama dengan gedung jurusannya. Aku harus bersyukur karena hal ini memudahkanku untuk menemukan eksistensi Baskara di kelasnya. Baskara bukan orang yang sulit dicari kok, biasanya kalau aku lewat di depan kelasnya aku bisa melihat sosoknya yang sedang berjalan kesana kemari menghampiri teman temannya entah untuk apa. Kadang kalau dia sadar ada aku di depan kelasnya, dia akan melambaikan tangannya ke arahku, yang tentunya aku balas dengan kupu kupu yang beterbangan indah di perutku.
Kuingat perlakuan manisnya, Baskara yang waktu itu membagikan nasi kotaknya padaku yang didapat dari masjid setelah sholat Jumat, aku yang berada di belakang boncengan saat kita mau ke mini market terdekat, menemaniku mencuci piring hanya karena dapurnya gelap dan sepi, meminjami netflix miliknya, membawakan barang belanjaan kami dan masih banyak lagi perlakuannya yang membuat diriku ingin terbang saja ke Pluto.
Baskara, selama 3 tahun aku mengenalmu, aku menahan perasaan ini dan akhirnya hari ini, di hari kelulusan kita, aku mau menyampaikan perasaan ini agar kamu tahu. Nanti ya, setelah acara selesai temui aku. Aku tidak berharap kamu membalas atau merasakan perasaan yang sama denganku karena aku tahu itu terasa tidak mungkin. Ditambah semanis apapun perlakuanmu, tidak menampik kenyataan bahwa sebenarnya kamu masih abu abu.
Kamu pernah bilang kalau mau dekat denganmu dalam konteks hubungan, kamu yang harus clingy, pasanganmu tidak boleh karena itu tugasmu. Kamu tahu tidak? Kalimat ini membuat Pluto terasa makin dekat saja denganku.
Karena itu Baskara, hari ini aku ingin kamu tahu kalau aku suka denganmu, bukan hanya karena paras, tapi juga dengan sifatmu. Atau mungkin perasaan ini bisa disebut dengan jatuh cinta? Apapun itu Baskara, bagaimana denganmu? Apa kamu merasakan hal yang sama? Jujur saja, aku tidak akan marah. Lebih baik kamu jujur daripada tidak menjawabku sama sekali.
Kalau iya, bolehkah mempertimbangkan untuk menjalin hubungan denganku? Dan kalau tidak, ayo kita tagih janji teman teman untuk mentraktir kita naik roller coaster jika kita tidak berlayar.
Comments
Post a Comment