Seni Lukis by Roemaly
Melukis itu buat sebagian orang merupakan hal yang menyenangkan untuk dilakukan. Misalnya untuk mengurangi stress, mengekspresikan perasaan, atau hanya sekadar untuk memanjakan mata. Namun, untuk sebagian orang lainnya, melukis itu hal yang tidak berguna. Sia sia.
Sebenarnya tidak ada yang salah dari semua pendapat itu, hanya tergantung dari sudut pandang mana kamu melihat nya. Dan juga dari cara kamu menghargai orang lain yang memiliki pendapat yang bersebrangan dengan pendapat kamu.
Kalau buat aku sendiri, melukis itu suatu bentuk pelampiasan stress, bahkan dari sebuah lukisan kita bisa mengekspresikan apa yang kita rasakan. Renjun dari NCT contohnya. Dia menjadikan sebuah gambar atau lukisan untuk terapi kesehatannya. Atau bisa saja kamu menjual sebuah lukisan yang kamu buat sendiri maka lukisan itu bisa menghasilkan uang untuk kamu.
Lukisan itu sebenarnya sudah dibuat beratus ratus tahun yang lalu bahkan sejak zaman manusia modern belum muncul. Manusia pada zaman itu biasanya membuat lukisan lukisan berbentuk cap tangan di goa goa tempat mereka dahulu tinggal. Ada banyak bentuk lainnya senenarnya, tapi banyak gambar yang belum diketahui maknanya.
Kemudian lukisan juga bisa menjadi potret suatu peristiwa penting pada suatu zaman. Pada zaman penjajahan di Indonesia misalnya, banyak sekali lukisan yang menggambarkan keadaan Indonesia ketika zaman penjajahan. Pelukis paling terkenal pada zaman itu misalnya Raden Saleh.
Raden Saleh sendiri memiliki nama lengkap Raden Saleh Syarif Bustaman. Beliau lahir di Terbaya, pada tahun 1814-1880, dan merupakan putra keluarga bangsawan pribumi yang mampu melukis gaya atau bentuk barat, baik dari segi alat, media atau teknik, dengan penggambaran natural.
Raden Saleh kemudia banyak dibimbing oleh beberapa pelukis dari luar negeri. Contohnya saja pelukis dari Belgia yaitu Antonio Payen, dari Belanda A. Schelhouf dan C. Kruseman di Den Haag. Raden Saleh sering sekali berkeliling dunia dan pernah tinggal di negara negara di benua Eropa.
Raden Saleh punya banyak karya, beberapa diantaranya adalah Hutan Terbakar, Perkelahian Hidup dan Mati, Pangeran Diponegoro, Berburu Banteng di Jawa dan Potret para Bangsawan.
Di sekitar tahun Raden Saleh berkarya atau pada tahun 1817-1880 ini lah yang disebut dengan Masa Perintisan.
Lukisan pada Masa Perintisan memiliki ciri ciri yang menjadi ciri khas nya tersendiri. Yang pertama lukisan itu bergaya natural dan romantisme, kuat dalam melukis potret dan binatang. Lukisan di masa itu juga memiliki pengaruh dari romantisme Eropa terutama dari Delacroix. Juga memiliki pengamatan yang baik pada alam ataupun pada binatang.
Selanjutnya setelah Masa Perintisan muncullah Masa Indonesia Jelita. Pada masa ini para pelukis di Indonesia memiliki konsep melukis keindahan dan keelokan alam Indonesia. Keadaan pada masa ini juga ditandai dengan datangnya para pelukis luar atau barat atau sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam.
Mengapa masa ini dinamakan Masa Indonesia Jelita? Pada masa ini karya-karya yang dihasilkan para seniman lukis lebih banyak menggambar tentang keindahan alam, dan juga lebih banyak menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia, oleh karena itu masa ini dinamakan Masa Indonesia Jelita.
Tokoh pelukis yang terkenal di masa Indonesia Jelita adalah Abdullah Suriobroto, Mas Pirngadi, Wakidi, Basuki Abdullah, Henk Ngantung, Lee Man Fong, Rudolf Bonnet, Walter Spies, Romurdo Locatelli, Lee Mayer dan W. G. Hofker.
Sedangkan ciri-ciri lukisan pada masa ini adalah pengambilan objek alamnya yang sangat indah, tidak mencerminkan jiwa-jiwa merdeka, kemahiran teknik melukis tidak di barengi dengan penonjolan nilai spiritual dan terakhir lebih menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia.
Beberapa contoh karya yang dihasilkan pada Masa Indonesia Jelita adalah The Day's end Mount, lukisan cat minyak, karya Abdullah S.R, Mountain Landscape yang merupakan cat minyak di atas kanvas karya Wakidi, Balinese Legend karya W. Spies dan terakhir karya dari Wilhelm Gerard Hofker berjudul Village Life in Sanur.
Yang ketiga ada Masa Cita Nasional. Yaitu bangkitnya kesadaran nasional yang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada tahun 1908. Pada zaman ini didirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia atau yang disingkat dengan PERSAGI. Perkumpulan ini didirikan di Jakarta oleh seniman S. Sudjojono, Abd. Salam, Agus Djajasumita dengan upaya mengimbangi lembaga dari kesenian asing. Kunstring yang dapat mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya.
Hasil karya mereka banyak mencerminkan kepentingan nilai nilai psikologis, tema perjuangan rakyat, tidak terikat kepada objek alam yang nyata, memiliki kepribadian Indonesia dan didasari oleh semangat dan keberanian.
Selanjutnya ada Masa Pendudukan Jepang. Di masa ini cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis serta menyadari pentingnya seni lukis untuk kepentingan revolusi. Pemerintah Jepang kemudian juga mendirikan Keimin Bunka Shidoso. Adalah Lembaga Kesenian Indonesia-Jepang yang pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang.
Kemudian di tahun 1943 berdiri PUTERA atau Pusat Tenaga Rakyat oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K. H. Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis sendiri dikelola oleh S. Sudjojono dan Affandi, selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan lain sebagainya.
Tokoh utama pada masa ini adalah S. Sudjojono, Basuki Abdullah, Emiria Surnasa, Agus Djajasumita, Barli, Affandi dan Hendra.
Kelima ada Masa Setelah Kemerdekaan. Di masa inilah didapatkan kebebasan yang sepenuhnya, ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman.
Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyat yang dipimpin oleh Affandi dan Hendra. Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, pelukis rakyat dan kawan kawan merumuskan pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa. Kemudian di tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori oleh Profesor Syafei Sumarja di bantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Saleh, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain lain. Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar ini berubah menjadi Jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung hingga saat ini.
Dilanjut Masa Pendidikan Formal. Dirabdai dengan berdirinya pendidikan formal yaitu ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) pada tanggal 18 Januari tahun 1948 di Yogyakarta dengan direktur R. J. Katams.
Terakhir adalah Masa Seni Rupa Baru Indonesia. Sekitar tahun 1974, perkembangan Seni Rupa Indonesia disemarakkan dengan kemunculan seniman seniman muda yang latar belakangnya berbeda. Yaitu seniman yang pendidikannya formal dan otodidak sama sama mencetuskan aliran yang tidak bisa di kelompokkan dengan aliran atau corak yang sebelumnya sudah ada dan merupakan corak baru dalam kancah seni rupa Indonesia. Pelopor Masa Indonesia Baru misalnya Jim Supangkat, Nyoman Nuarta dan S. Primka.
Mungkin banyak dari kalian yang baru mengetahui bahwa seni rupa terutama lukisan di Indonesia memiliki masa nya masing masing seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Ya, seni lukis di Indonesia memang sudah di mulai sejak lama. Karena itu seniman yang berada di Indonesia banyak yang belajar dari seniman seniman sebelumnya.
Untuk hari ini, sekian dulu pembahasannya tentang lukisan, dan terima kasih banyak sudah mau membaca!
Comments
Post a Comment